Senin, 19 Agustus 2013

Virus "Tebar Pesona" Beredar di Instagram

Virus "Tebar Pesona" Beredar di Instagram

Josh Edelson/AFP
Instagram KOMPAS.com - Instagram kedatangan program jahat doyan "tebar pesona" alias suka menambah tanda like (love) sebuah foto atau menambah jumlah follower suatu akun. Program jahat ini kemudian diperjual-belikan di forum online karena memiliki potensi bisnis.

Para ahli keamanan mengatakan kepada Reuters, perusahaan yang ingin mempromosikan merek atau produknya lewat Instagram, tertarik dengan program jahat itu. Mereka ingin jumlah follower bertambah dan foto yang dipublikasi mendapat banyak like untuk meningkatkan reputasi dan popularitas.

Menurut perusahaan keamanan RSA, harga untuk 1.000 follower adalah 15 dollar AS, sementara 1.000 like dijual seharga 30 dollar AS.

RSA berpendapat, harga itu lebih mahal dari data 1.000 nomor kartu kredit yang paling kecil dihargai 6 dollar AS oleh para peretas di forum online.

Juru bicara Facebook, Michael Kirkland mengatakan, pi haknya terus berusaha meningkatkan sistem keamanan di Instagram, sebuah perusahaan rintisan yang dibeli Facebook pada April 2012 seharga 1 miliar dollar AS.

"Kami bekerja keras untuk membatasi spam di layanan kami dan melarang pemilk akun melakukan cara yang tidak sah atau otomatis," ujar Kirkland, seperti dikutip dari Reuters.

Program jahat yang menjangkiti Instagram ini merupakan hasil modifikasi dari Zeus, sebuah virus yang biasa digunakan untuk mencuri data kartu kredit. Menelisik sejarahnya, Zeus pertama kali muncul pada 2007 sebagai botnet untuk mencuri data perbankan dan berhasil menginfeksi ratusan juta komputer.

Menurut para ahli keamanan, ini merupakan pertama kalinya Zeus dimodifikasi sebagai program untuk menambah jumlah follower dan like di jejaring sosial internet. Fenomena ini sekaligus memberi pertanda betapa penting bisnis media sosial bagi perusahaan pemilik merek atau produk.

"Pemilik akun hanya s arana untuk mencapai tujuan. Para penjahat siber selalu mencari keuntungan," kata Chris Grier, pakar keamanan komputer dari University of California.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar